Pages

Saturday, March 27, 2010

Tidak Hanya Sembahyang di Pura Jagatnatha

Pura terbesar di Denpasar ini bukan hanya untuk tempat sembahyang. Bisa jadi tempat tebar pesona,  pacaran, hingga menambah pendapatan.
Jumat sore pekan lalu, ribuan pemuda dan pemudi dengan pakaian adat sembahyang ala Hindu Bali mulai mendatangi Pura Jagatnatha di sebelah timur Lapangan Puputan Badung, Denpasar, Bali. Sudah menjadi tradisi bahwa setiap bulan purnama umat hindu melaksanakan sembahyang berbakti kepada Yang Maha Kuasa.
Hujan yang rintik-rintik mengguyur Lapangan Puputan tidak menjadi kendala bagi muda-mudi untuk melaksanakan niatnya bersembahyang. Begitu pula dengan Made, 23 tahun, pemuda dari Singaraja yang sedang kuliah di Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar. Seusai melaksanakan sembahyang ia duduk santai mengawasi beberapa orang yang lewat di depannya.

Menurutnya setiap malam purnama di pura Jagatnatha banyak pemuda dan pemudi melakukan persembahyangan bersama. Ramainya muda-mudi bersembahyang ke pura ini disebabkan adanya Dewi Smararatih yang memberikan anugrah kepada para anak muda yang taat bersembahyang pada malam bulan Purnama. Setelah bersembahyang kebanyakan dari mereka duduk bersantai-santai menikmati malam di lapangan Puputan Badung. Malah, kadang-kadang ada beberapa pasang muda-mudi datang dengan pakaian sembahyang namun tidak masuk ke Pura. Mereka hanya duduk mojok berdua hingga malam.
Lain lagi dengan siswi kelas 1 SMA Dwijendra Denpasar yang tidak mau menyebutkan namanya. Ia tidak tahu mengapa setiap malam purnama sebagian besar pengunjungnya adalah anak muda. Tapi bagi dirinya malam Purnama menjadi sebuah kesempatan untuk bisa pergi di malam hari bersama teman-temanya. Karena pada malam-malam biasanya Dia harus tetap berdiam diri di rumah ataupun belajar mengerjakan tugas sekolahnya.
Hal senada juga disampaikan salah seorang temannya yang menyatakan bahwa pura Jagatnata adalah pura Gaul. Ini dikarenakan setiap malam purnama banyak anak muda yang datang tidak hanya untuk bersembahyang namun ada yang sebagai ajang untuk bertemu dengan sang pacar. Adapula sebagai ajang untuk sekadar berkumpul dan bermain bersama teman-temannya.
Namun bagi para pedangang, purnama juga menjadi berkah tersendiri bagi mereka. Menurut pedagang asongan yang menjual berbagai jenis makanan dan minuman, setiap purnama tiba, pendapatannya selalu meningkat tiga kali lipat dari hari-hari biasanya.
Begitu pula dengan para penjual canang (bahan yang dihaturkan untuk sembahyang) dadakan ini. Mereka berjejer sambil menawarkan canang dengan harumnya dupa kepada setaip orang yang lewat. Kebanyakan mereka menjual canang hanya pada saat-saat ada hari suci seperti malam purnama. Salah seorang pedagang mengaku senang saat malam purnama datang. Ia bisa mendapat uang tambahan untuk kebutuhan rumah tangganya. Ia juga dapat membantu suaminya yang juga bekerja sebagai juru parkir di area lapangan Puputan Badung.
Begitulah fungsi Pura Jagatnatha. Tak hanya untuk sembahyang, pura ini juga tempat menebar pesona, bertemu pacar, serta menambah pendapatan.

0 komentar:

Post a Comment